Selayang Pandang

SEJARAH BERDIRINYA PONDOK PESANTREN MANBA’UL HIDAYAH
Pondok Pesantren Manba’ul Hidayah merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam yang berdiri kokoh di tengah dinamika perkembangan Kota Batam. Didirikan pada tahun 2010 oleh KH. Hasbollah, pesantren ini berlokasi di Kavling Senjulung RT.04 RW.10, Kabil, Nongsa. Berdirinya pesantren ini dilatarbelakangi oleh keinginan luhur untuk memberikan manfaat bagi masyarakat, terutama dalam membina generasi muda agar memiliki landasan keimanan dan ketakwaan yang kokoh di tengah arus industrialisasi yang masif.
- Asal-Usul dan Silsilah Pendiri Hasbollah bin Marhaban, pendiri Pondok Pesantren Manba’ul Hidayah, lahir di Sumenep, Jawa Timur, dari pasangan K. Marhaban dan Nyai Takiyah. Dari garis ayahnya, KH. Hasbollah memiliki keterkaitan dengan silsilah kerajaan di Indonesia Timur, sedangkan dari garis ibunya, beliau terhubung dengan salah satu pesantren tertua di Madura. Sanad keilmuan dan spiritualnya pun tidak diragukan, karena beliau pernah menimba ilmu dari beberapa ulama besar, di antaranya K. Rashid Ridho (Kangean), KH. Ahmad Zain, dan KH. Raden As’ad Syamsul Arifin yang merupakan tokoh penting dalam pendirian Nahdlatul Ulama (NU). Selain itu, KH. Hasbollah juga mendalami ilmu tasawuf dengan mengikuti berbagai tarekat seperti Tarekat Naqsyabandiyah, Wahidiyah, Qadiriyah, Tijaniyah, dan Nurul Qalbi.
- Perjalanan Spiritual dan Awal Mula Perjuangan
Pada tahun 1980-an, KH. Hasbollah merantau ke Malaysia untuk mencari penghidupan. Meskipun demikian, semangatnya untuk menimba ilmu tetap tinggi. Beliau berguru kepada Syekh Ruhen Zain, seorang ulama asal Bawean yang merupakan alumni Pondok Pesantren Sidogiri. Selama di Malaysia, KH. Hasbollah sering mengunjungi Kota Batam yang kala itu masih berupa hutan belantara.
Pada tahun 1997, saat berada di Batam, beliau menyaksikan kondisi keagamaan masyarakat yang memprihatinkan. Banyak masyarakat yang belum memahami ajaran Islam secara mendalam, bahkan dalam praktik ibadah pun terdapat kekeliruan. Salah satu momen yang sangat membekas dalam benaknya adalah ketika beliau melihat pelaksanaan sholat jenazah yang tidak sesuai dengan tuntunan syariat. Hal ini menggugah hatinya untuk berperan aktif dalam membimbing umat.
- Ikhtiar Mendirikan Lembaga Pendidikan Islam
Pada malam Jumat, 17 Juni 1997, KH. Hasbollah berdiskusi dengan beberapa tokoh masyarakat setempat, termasuk Bapak Munawar (RT), Bapak Muhayat (RW), dan Tatak Akdarto. Mereka sepakat untuk mengajukan permohonan lahan kepada otoritas setempat guna mendirikan lembaga pendidikan berbasis Islam. Setelah melalui berbagai upaya, mereka memperoleh lahan seluas setengah hektar. KH. Hasbollah kemudian kembali ke Malaysia untuk menggalang dana, sementara masyarakat setempat secara gotong royong membangun Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) yang diberi nama Engku Hamidah, dan lembaga tersebut di tangani oleh bapak Muhayat.
Pada tahun 2002, KH. Hasbollah kembali ke Batam dengan membawa dana sebesar tujuh juta rupiah untuk melanjutkan pembangunan. TPQ yang beliau asuh berkembang pesat, dengan jumlah santri yang awalnya hanya puluhan, meningkat menjadi ratusan. Beliau tidak hanya mengajarkan Al-Qur’an, tetapi juga membimbing masyarakat dalam bidang keagamaan dan tasawuf.
Seiring berjalanya waktu, banyak anak didiknya yang memasuki usia sekolah, tetapi mengalami kesulitan mengakses pendidikan formal karena faktor ekonomi. Akibatnya, beberapa dari mereka terpaksa bersekolah di lembaga pendidikan non-Islam. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan aqidahnya. Oleh karena itu, pada tahun 2007, KH. Hasbollah mendirikan Sekolah Dasar Islam untuk memberikan alternatif pendidikan bagi mereka. Namun, perjuangan beliau tidak mudah. Sekolah yang telah dirintis dengan penuh pengorbanan akhirnya direbut oleh pihak lain, bahkan dana yang telah beliau kumpulkan pun turut dirampas. Meski demikian, beliau tidak patah semangat dan bertekad untuk terus berjuang.
- Pertemuan dengan Bapak Rozali
Pada tahun 2007, KH. Hasbollah bertemu dengan seorang pengusaha asal Singapura, Bapak Rozali. Pertemuan ini menjadi titik penting dalam hidup KH Hasbollah dan perkembangan lembaga. Ada beberapa peristiwa yang menyebabkan Bapak rozali bersedia membantu termasuk karena Melihat perjuangan dan ketulusan KH. Hasbollah dalam membangun pendidikan. Ia bahkan pernah berujar bahwa ia tidak ingin melihat KH. Hasbollah menderita.
Awal-awal bapak Rozali hanya bersedia membantu secara personal kepada KH. Hasbollah, tanpa ada ketersinggungan dengan lembaga, datang dari singapur hanya untuk memberi uang lalu kembali lagi ke Singapura, puncaknya muncul isu KH Hasbollah memelihara tuyul karena banyak uang, padahal uang yang beliau dapat dari bapak rozali.
Selang waktu KH. Hasbollah mengungkapkan bahwa ia ingin mendirikan lembaga, dengan percakapan yang panjang akhirnya bapak rozali siap untuk membantu pembiayaan dari lembaga tersebut.
Sejak saat itu, Bapak Rozali secara konsisten memberikan bantuan dalam berbagai aspek pembangunan pesantren, termasuk pendirian ruang kelas, laboratorium, serta fasilitas lainnya. Keberadaannya menjadi faktor penting dalam mewujudkan pesantren yang lebih baik dan berkualitas.
- Pendirian Pondok Pesantren Manba’ul Hidayah
Setelah kehilangan sekolah yang telah beliau bangun, KH. Hasbollah menginisiasi pendirian lembaga baru yang kelak di kenal dengan Pondok Pesantren Manba’ul Hidayah. dalam pendirianya, beliau melakukan istikharah selama 41 malam untuk memohon petunjuk dari Allah SWT. Dalam munajat dan meminta petunjuk ini beliau di beri isyarat, beliau melihat sebuah sumur dengan air yang melimpah, serta seorang tua yang memberi pesan untuk menamai lembaga yang akan didirikan dengan “Sumber Hidayah.” Hal ini menjadi keyakinan bagi beliau bahwa perjuangannya mendapat restu dari Allah.
Dengan tekad yang kuat, beliau melaksanakan rmusyawarah dengan beberapa jamaah dan orang terdekatnya, karena kondisi finansial dan lahan yang masih belum ada. Bapak Suroso salah satu jamaah beliau sebagai RW menjadi perantara untuk mendapatkan lahan tersebut, akhirnya dilakukanlah komunikasi dengan masyarakat setempat dan didapatkanlah sebidang lahan di Kavling Senjulung, Kabil, yang mulanya adalah kebun, lalu dilakukanlah pembabatan yang dibantu oleh jamaah beliau, yakni Pak Gun, Pak Bayu, Pak sobun, Mas Bagio, pak cahya dll, dengan sukarela membantu KH. Hasbollah.
Pada tahun 2010, Bantuan pertama kali di peroleh dari salah satu instansi, Dua gedung pertama yang berdiri sebagai awal dari perjalanan panjang pesantren ini.
Dalam perjalanannya, muncul sentimen miring di tengah masyarat karena dugaan bahwa Kiyai Hasbollah menghimpun orang-orang tidak benar, bahkan puncaknya sampai diinterogasi oleh intelegent. Serangan luar-dalam turut mewarnai dan di rasakan oleh KH. Hasbollah dan jamaahnya. Namun, meskipun menghadapi berbagai tantangan dan tekanan dari pihak tertentu, KH. Hasbollah tetap berjuang dengan sabar dan ikhlas.
Pada tahun 2014, setelah melalui berbagai proses pembangunan dan pengurusan administrasi, lembaga ini resmi beroperasi. Madrasah Tsanawiyah menjadi jenjang pendidikan pertama yang dibuka, bersamaan dengan asrama pondok pesantren. Pada saat itu, jumlah santri yang mendaftar berjumlah tujuh orang.
Dengan dukungan dan loyalitas dari jamaahnya serta bantuan finansial dari seorang dermawan bernama Bapak Rozali, pembangunan Pondok Pesantren Manba’ul Hidayah akhirnya dimulai. Dengan bantuan tersebut, berbagai fasilitas pendidikan seperti ruang kelas dan laboratorium dapat dibangun. Selain itu,
Sistem pendidikan terus dikembangkan dengan mengadopsi metode pendidikan pesantren modern, serta mengkomparasikan dengan kultur pesantren tradisional dengan mendatangkan guru-guru pengabdian dari berbagai Pondok Pesantren yang berbasis salaf tradisional.
- Perkembangan dan Kontribusi Pesantren
Sejak resmi beroperasi pada tahun 2014, Pondok Pesantren Manba’ul Hidayah terus mengalami perkembangan. Pada awalnya, jumlah santri hanya tujuh orang, tetapi dengan berjalannya waktu, pesantren ini semakin dikenal dan menarik minat masyarakat. Sistem pendidikan di pesantren ini mengadopsi pendekatan yang mengombinasikan nilai-nilai tradisional pesantren dengan metode pendidikan modern. Di komparasikan dengan sistem pesantren salaf tradisional yang memegang teguh kita-kitab klasik. Hingga saat ini santri dan siswa berkembang menjadi ratusan, dengan lulusan yang juga sudah demikian banyak.
Perkembangan lembaga ini juga ditandai dengan dibukanya unit formal baru yakni Madrasah Aliyah, yang sampai hari ini masih bertranformasi dan berkembang. Artinya unit lembaga formal di lingkungan Sumber Hidayah adalah MTs dan MA. Tetapi siswa yang menetap mendapat akses pendidikan tambahan yakni Madrasah Diniyah yang hanya berfokus kepada materi-materi keagamaan. Lembaga ini juga sudah terakreditasi “A”
Lembaga ini tersedia asrama dan pulang pergi, Selain itu untuk menunjang kemapuan dan kreatifitas, lembag ini menyediakan program yang berorientasi pada penguatan mental dan pengayaan pengetahuan, seperti, Muhadlarah, Bahasa Arab-Inggris, Qiroah, Baca Kitab Kuning, Tari, Futsal, Menjahit, Welder (Las), Volly dan pramuka. Dari tahun ketahun prestasi yang di dapatkan juga bertambah, mulai dari kejuaraan yang regional maupun nasional.
Pondok Pesantren Manba’ul Hidayah tidak hanya berperan sebagai lembaga pendidikan, tetapi juga sebagai pusat dakwah dan pembinaan akhlak bagi masyarakat. Dengan visi membangun generasi yang berkarakter dan berilmu, pesantren ini terus berkontribusi dalam mencetak kader-kader ulama dan pemimpin umat yang memiliki ketangguhan intelektual dan spiritual.
Hingga kini, perjalanan panjang Pondok Pesantren Manba’ul Hidayah menjadi bukti nyata dari keteguhan hati seorang ulama dalam menghadapi berbagai ujian dan tantangan. Dengan keberkahan dan ridha Allah, pesantren ini terus berkembang, memberikan cahaya ilmu dan hidayah bagi generasi mendatang.