Mondok di pesantren adalah sebuah perjalanan yang penuh makna dan tantangan. Banyak orang mungkin berpikir bahwa hidup di pesantren sama seperti hidup di rumah, nyaman dan bebas. Namun, kenyataannya, mondok di pesantren tidak boleh dijalani dengan enak-enakan. Justru, jika kita merasa tidak kerasan, itu adalah pertanda baik. Mengapa? Karena dengan begitu, kita akan selalu sadar bahwa kita sedang mondok, bukan sedang berada di rumah sendiri. Kesadaran ini akan membantu kita untuk tetap fokus pada tujuan utama kita: menuntut ilmu dan mengembangkan diri.

Penting untuk diingat bahwa mondok di pesantren bukanlah liburan atau rekreasi. Pesantren adalah tempat untuk belajar, berdisiplin, dan menghadapi berbagai kesulitan. Kita harus siap menghadapi rutinitas yang ketat, aturan yang tegas, dan tantangan yang mungkin tidak pernah kita temui di rumah. Mulai dari bangun pagi untuk shalat Subuh, mengikuti pelajaran sepanjang hari, hingga menghadapi ujian dan tugas-tugas yang menuntut keseriusan. Semua ini dirancang untuk membentuk karakter dan mental kita agar lebih tangguh.

Menjadi santri adalah perjalanan penuh perjuangan dan kesabaran. Sebagaimana dawuh Syaikhina K.H. Hasani Nawawie, “Orang mondok yang hebat itu bukan yang kerasan, tetapi yang kuat bertahan.”Kesungguhan bertahan di pondok, meski penuh rintangan, adalah bukti cinta kepada ilmu dan keyakinan akan manfaatnya. Bertahan bukan hanya soal waktu, tetapi juga tentang tekad untuk terus istiqamah dalam mencari ridha Allah melalui ilmu.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an, “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadilah: 11). Ayat ini mengingatkan kita bahwa menuntut ilmu adalah jalan untuk meraih kemuliaan di sisi Allah. Ilmu yang bermanfaat akan mengangkat derajat kita, baik di dunia maupun di akhirat.

Dalam kitab Ta’limul Muta’allim, Syaikh Az-Zarnuji menjelaskan, “Barangsiapa yang tidak tahan menghadapi kesulitan dalam menuntut ilmu, maka ia akan tetap hidup dalam kebodohan. Dan barangsiapa yang bersabar dalam menuntut ilmu, maka ia akan meraih kemuliaan di dunia dan akhirat.” Ini mengingatkan kita bahwa kesulitan dalam menuntut ilmu adalah bagian dari proses yang harus dijalani dengan sabar dan ikhlas.

Rasulullah SAW juga bersabda dalam sebuah hadis, “Barangsiapa yang menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim). Hadis ini menjadi motivasi bagi kita untuk terus bersemangat dalam menuntut ilmu, meskipun jalan yang ditempuh penuh dengan rintangan.

Tantangan yang kita hadapi di pesantren bukanlah hal yang harus dihindari, melainkan dihadapi dengan sikap positif. Justru melalui kesulitan dan kedisiplinan inilah kita akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik. Kita akan belajar untuk lebih mandiri, disiplin, dan bertanggung jawab. Selain itu, kita juga akan memperdalam ilmu agama dan pengetahuan umum, yang akan menjadi bekal berharga untuk masa depan.

Kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim juga memberikan nasihat berharga, “Ilmu itu tidak akan diberikan kecuali kepada orang yang bersungguh-sungguh dalam mencarinya, bersabar atas kesulitannya, dan menghormati gurunya.” Ini mengajarkan kita bahwa menuntut ilmu memerlukan kesungguhan, kesabaran, dan adab yang baik, terutama kepada guru sebagai sumber ilmu.

Oleh karena itu, jangan pernah mengeluh jika hidup di pesantren terasa berat atau tidak nyaman. Ingatlah bahwa setiap kesulitan yang kita hadapi adalah bagian dari proses pembelajaran. Kita sedang ditempa untuk menjadi pribadi yang lebih kuat, lebih bijaksana, dan lebih siap menghadapi kehidupan di luar pesantren. Dengan menghadapi tantangan ini, kita akan lebih siap untuk mengembangkan diri, memperdalam ilmu, dan menjadi manusia yang lebih bermanfaat bagi orang lain.

Selain itu, lingkungan pesantren juga mengajarkan kita untuk hidup sederhana dan bersyukur. Di pesantren, kita belajar untuk tidak bergantung pada kenyamanan duniawi, melainkan fokus pada tujuan yang lebih besar. Kebersamaan dengan santri lain, guru, dan kiai juga mengajarkan kita nilai-nilai persaudaraan, toleransi, dan saling menghargai. Semua ini adalah pelajaran hidup yang tidak ternilai harganya.

Semoga Allah senantiasa memberikan kekuatan dan keteguhan hati kepada kita untuk bertahan dan terus berjuang menjadi pribadi yang lebih baik. Dengan tekad yang kuat dan kesabaran, kita akan mampu melewati semua tantangan dan meraih keberhasilan. Semoga perjalanan kita dalam menuntut ilmu di pesantren diberi kemudahan dan keberkahan. Āmīn.___