
Memondokkan anak adalah keputusan besar yang melibatkan banyak aspek, bukan sekadar urusan tempat tinggal atau pendidikan, tetapi juga kesiapan mental dan hati orang tua sendiri. Tidak sedikit orang tua yang, setelah memondokkan anaknya, justru sibuk mengeluh—tentang aturan pondok yang ketat, tentang anak yang belum bisa beradaptasi, atau tentang rindu yang terasa begitu berat.
Seakan-akan memondokkan anak adalah sebuah kesalahan. Padahal, bukan itu masalahnya. Permasalahan yang sebenarnya adalah ketidaksiapan hati dalam menghadapi perubahan besar ini. Ketika hati belum siap, maka segala hal yang terjadi di pondok akan terasa sebagai beban, bukan sebagai proses pembelajaran yang berharga.
Jika sejak awal keputusan ini diambil dengan keyakinan yang kuat, mengapa keluhan yang justru muncul? Jika diniatkan sebagai jalan menuju kebaikan, mengapa yang lebih sering terdengar adalah penyesalan? Bukankah segala sesuatu yang dijalani dengan keikhlasan akan membawa berkah, bukan sekadar beban? Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memantapkan niat dan menyadari bahwa keputusan ini adalah bentuk ikhtiar dalam mendidik anak.
Orang tua yang terlalu banyak mengeluh setelah memondokkan anaknya mungkin lupa bahwa ini bukan hanya perjalanan si anak, tetapi juga perjalanan mereka dalam belajar bersabar dan bersyukur. Jika hanya melihat kesulitan, maka yang tampak hanyalah masalah. Namun, jika melihatnya sebagai bagian dari ikhtiar panjang untuk masa depan, maka rasa syukur akan lebih besar daripada keluhan. Ketika orang tua mampu bersikap tenang dan menerima keadaan dengan lapang dada, anak pun akan lebih mudah beradaptasi.
Memondokkan anak bukan sekadar memindahkannya ke lingkungan baru. Ini adalah tentang kepercayaan, keteguhan, dan keikhlasan. Jika hati tidak siap, maka sebaik apa pun pondoknya, yang terasa hanyalah kehilangan. Namun, jika hati menerima dengan syukur, maka setiap tantangan akan tampak sebagai jalan menuju kebaikan.
Selain itu, orang tua perlu membangun komunikasi yang baik dengan anak agar mereka tetap merasa didukung. Memberikan motivasi dan meyakinkan mereka bahwa perjalanan ini adalah bagian dari perjuangan yang akan membawa manfaat di masa depan adalah langkah penting. Dengan begitu, anak tidak akan merasa sendirian dan akan lebih semangat dalam menjalani hari-hari di pondok.
Pada akhirnya, memondokkan anak adalah tentang melepas dengan doa dan menerima dengan penuh keyakinan. Orang tua yang mampu menata hatinya dengan baik akan lebih mudah menjalani proses ini tanpa beban. Kepercayaan kepada anak dan kepada keputusan yang telah diambil akan membawa ketenangan, sehingga pondok bukan lagi menjadi tempat yang terasa jauh, tetapi rumah kedua yang penuh dengan ilmu dan kebaikan.